Momen ini aku karang karena aku menginginkan diperkosa oleh laki-laki, yang tentu saja berkontol gedhe. Tapi kalau nama dan daerah yang aku ambil sebagai aktor cerita ini memang orangnya mendukung banget dengan keseharian mereka.
Pembaca, sering aku berjalan di Tunjungan Plaza Surabaya sambil mencoba menggoda libido laki-laki yang aku anggap sesuai dengan seleraku tetapi tetap dengan penampilan yang santun dan enggak norak lho! tapi mereka cuma balik menggodaku itu saja huuh!
Diperkosa..??? pengiiin…!!!
Tapi kalau yang diperkosa orang lain yang masih perawan apalagi masih anak kecil, aku paling tidak setuju!!
Kembali ke momenku..
Tadi sore kira-kira pk.15.15 Wib saat aku sedang berada di dalam tempat kerjaku (aku bekerja di salah satu BPR di Surabaya) aku memiliki ruangan tersendiri karena tugasku yang tidak memungkinkan jika bergabung dengan rekan kerja lainnya.
Yayuk sekretaris ku memanggilku lewat Intercome mengatakan bahwa seseorang yang ada janji dengan ku mau menghadap, sejenak aku teringat pada seorang laki-laki yang telp dan mengaku membutuhkan dana untuk mengikuti tender sebuah proyek di daerah Sidoarjo, dia mengatakan akan menjaminkan apa saja agar mendapat persetujuanku.
“Orangnya cakep Bu” kata Yayuk (sekertarisku) sambil tertawa.
“Hus ! Nanti aja! Ya sudah suruh masuk” kataku sambil membayangkan seperti apa laki-laki yang akan segera menemuiku. terdengar ketokan pintu dan akhirnya pintu dibuka oleh Yayuk sambil mempersilahkan laki-laki itu masuk.
“Mbak Dewi?” katanya sambil menyapa.
“Saya Ardi yang kemarin menelpon mbak” katanya bersambung.
“O.. ya silahkan duduk” kataku sambil mempersilahkan duduk di sofa yang memang diperuntukkan bagi calon pemohon dana dalam jumlah besar dan harus ada pembicaraan yang sangat mendalam termasuk seluk beluk data pribadinya, cukup ngotot dan tetap menatangku apa saja agunannya asal aku minta pasti akan dia penuhi, culup lama aku bertanya soal pekerjaan dan data perusahaan.
Lumayan cakep dan tubuhnya “waow” cukup atletis tinggi besar dan yang penting perangkat di bawah perutnya itu cukup menonjol.
“Tunggu sebentar Mas, aku mau kebelakang” kataku menahan sesuatu, entah kenapa aku tiba-tiba kebelet pipis setelah melirik dan membayangkan isi didalam celananya.
“Silahkan mbak, dari pada pipis disini saya yang bingung nanti” katanya sambil tersenyum nakal.
“Maunya mas tuh!” kataku sambil melesat kedalam kamar kecil yang memang di ruang kerjaku tersedia di dalamnya. Aku langsung jongkok dan che… ezz !! (mungkin pembaca bertanya kenapa kok langsung ceeess kan pakai rok sedikit diatas lutut dan karena memang aku jarang sekali memakai CD, itupun karena aku merasa kurang nyaman dan merasa pengap pada tempikku).
Saat membersihkan tempik, itilku tersentuh tangan kurasakan ada rangsangan yang menggelitik sesaat aku permainkan dengan telunjuk (pembaca, aku sering melakukan “ini” saat tidak ada kerjaan yang mendesak untuk kukerjakan sampai terengah-engah sampai mendapatkan orgasme).
Oh ya namaku Dewi S, umurku sendiri baru 32th dan kehidupan sex ku biasa (bisa dibilang jarang) saja kadang malah membosankan, mungkin karena suamiku umurnya 15th di atasku. Kadang-kadang aku membayangkan tubuh seorang laki-laki atau anak buahku (office boy) umurnya baru 20th yang berbadan tegap sering pula dia kusuruh mengepel lantai dan ketika dia mengepel dibawahku kurenggangkan pahaku agar dia melihat, setelah dia melihat aku memperhatikan gerak-geriknya namun meskipun aku terangsang aku masih berusaha seolah apa yang kulakukan tak ku sengaja, setelah dia keluar akupun langsung mengunci pintu dan masturbasi sepuas mungkin.
Tiba-tiba pintu kamar kecil di belakangku terbuka lebar dan kulihat Ardi sudah berdiri sambil tersenyum melihat apa yang kulakukan.
“Lagi sibuk mbak? mau dibantu?” entah sudah berapa lama dia berdiri disitu tapi yang pasti dia sudah menurunkan celana kainnya itu.
“Mas jangan kurang ajar ya!” kata ku setengah menghadik dan mencoba mengembalikan wibawaku yang sempat anjlok gara-gara apa yang kulakukan diketahuinya.
“Sudahlah mbak Dewi cuma aku yang tahu kok!” katanya sambil matanya melihat apa di balik rok yang masih belum kuangkat, saat aku akan membetulkan rok ku Ardi sudah mendekapku dari belakang.
“Lepaskan!” teriakku.
“Lepas mas, aku sudah punya suami…” aku kembali berteriak memohon agar dilepaskan, tapi tangannya terlalu kuat mendekapku dan kurasakan tonjolan di bawah perutnya digesek-gesekkan ke pantatku.
“Tenang mbak Dewi aku tahu apa yang kamu inginkan…! Nikmati saja yang akan kamu alami” bibirnya dekat sekali dengan telingaku dan kurasakan pula dengusan nafasnya pada leherku.
“Tolong…. jangan…!” dengan sisa kekuatanku aku kembali berteriak, namun apa guna ruangan kerjaku memang ber-AC dan berkeliling sekat kaca sementara suasana di luar sangat ramai oleh lalu lalang kendaraan besar dan Ardi pun mengetahui secara pasti kondisi ini.
Kini yang kurasakan tangan nya sudah meraba susuku dengan gemas dan akupun menggelinjang geli sementara rok dan CD yang kukenakan masih berada di bawah lututku, tanpa kusadari aku membiarkan apa yang dilakukannya pada tubuhku dalam hati aku berteriak dan teringat pada suamiku, sementara tubuhku berkata lain. Dan Ardi sangat mengetahui perubahan perlawananku akhirnya dengan sedikit paksaan tubuhku dibimbingnya keluar dari kamar kecil itu dan bergerak ke arah sofa ruang tamu.
“Tuh kan… dari pada bermain sendiri lebih naik sama Ardi, mbak” katanya dengan tenang seolah memintaku agar memperbolehkanya bertindak lebih jauh.
“Eehh…” itulah kata yang akhirnya keluar dari mulutku saat jarinya mempermainkan tonjolan diatas tempikku, aku sudah membayangkan apa yang akan segera aku dapat. aku sudah tak memperdulikan bahwa aku akan diperkosa tapi aku sedang menunggu sebuah kenikmatan yang datang tanpa aku cari.
“Mbak butuh ini kan” katanya sambil menuntun tangan kiriku kearah selakangnya.
“Ya ampun” kontol laki-laki ini sudah mulai menegang dan cukup besar, aku membayangkan kontol milik suamiku sementara yang aku pegang ini terasa lebih besar dan panjang, tanpa pikir panjang aku urut kontol dalam genggamanku ini dan terasa semakin membesar.
“Gimana mbak ?… uuhh..” tanya Ardi sambil melenguh menikmati urutan tangan ku pada kontolnya.
Tak kujawab pertanyaannya karena aku sedang merasakan menikmati tangan kanan Ardi pada sela-sela tempikku yang sudah mulai membasah tanda aku telah terangsang. Sebetulnya kali ini aku sudah bebas dari cengkramannya namun aku tak mencoba untuk melepaskan diri darinya namun aku malah menunggu apa lagi yang akan diperbuat Ardi pada tubuhku.
Dengan lembut pemerkosa ini merebahkan tubuhku diatas sofa, Saat ini Ardi sudah mulai mengetahui bahwa aku sudah terangsang.
“Kulit mbak mulus dan menggairahkan bikin kontolku tambah ngaceng” katanya sambil memasukkan telunjuknya pada pada lobang tempikku.
“Aa… ach… kamu… auh…” aku merasa sensasi yang berbeda walaupun aku sendiri sering memasukkan jari tangan pada tempikku.
Ardi mulai melucuti seluruh pakaianku mulai dari CD sampai blouse dan rok yang aku kenakan walau sedikit kasar tapi malah membuat aku semakin terangsang dan mengocok kontolnya lebih cepat.
“Mas… aku sudah.. ohhh.. punya suami.. aaah…” kataku tak jelas apa yang aku maksud.
“Tangan… mu.. ooh.. teerus.. mbak Dew.. ahh…” katanya sambil tangan kirinya mencoba melucuti BH doreng yang ku pakai.
“Waow…” katanya sambil mencucup puting susuku dan…
“Och… eeehh… ya… aa… aah” kata-kataku mulai kacau dan menikmati jilatan Ardi pada susuku.
Tiba-tiba Ardi merubah posisi tubuhnya diatas tubuhku dan mulutnya mulai turun kearah bawah perutku.
“Tempik mbak kenyal dan enak..” mulutnya sudah sibuk menjilati tempik serta itilku.
“Uuu.. hhaa….. mas… aa… aayoooo…!” kataku memohon agar kontolnya segera menyusul mengkorek-korek lobang tempikku, dan memang Ardi langsung mengangkat kedua kakiku kekedua pundaknya dan menyodorkan kontolnya kedepan tempikku yang sudah menganga meminta diisi, sadar kontol gede ini akan memberiku kenikmatan segera kutarik pantat Ardi dengan kedua tanganku agar kontol gede ini memperlihatkan kebolehannya, dengan sekali sentak.
''Uu… uh.. kontol kamu…. ge.. due.. mas… aahh..” aku histeris karena baru kali ini aku merasakan kontol segede milik Ardi, sementara Ardi mulai memaju mundurkan kontol besarnya itu aku merasakan sesuatu yang besar sedang bergerak keluar masuk di dalam tempikku, terasa penuh seluruh rongga tempikku, yah sesuatu yang selama ini hanya aku bayangkan dan aku lihat saja di Film Blue.
Alam pikirku sudah tak mempedulikan suasana dan kondisi ruangan kerjaku, paling-paling Yayuk saat ini sedang menikmati suara kenikmatan yang keluar dari mulutku melalui intercom yang sengaja aku angkat handlenya (Yayuk memang sekretaris yang paling suka mendengarkan dan menonton film BF serta sering mendengarkan suara desahan ku saat aku sedang mengoral suamiku di kantor).
Seolah mendapatkan kontol idaman aku pun menjerit nikmat.
“Tempik.. m.. bak.. enaa.. aak” katanya sedikit bergetar. Memang meskipun sudah bersuami aku yakin kalau tempikku masih keset mungkin karena kontol suamiku yang kurang besar atau kontol Ardi yang memang gedhe.
“Oo… aack… sentak… mas…” kataku agar dia lebih keras menyentakkan sodokannya, saat Ardi mulai mempercepat gerakannya dan kali ini aku pun mencoba mengimbangi goyangannya dengan menyambut gerakan maju-mundur sodokannya yang memang dahsyat.
Entah berapa lama dan berapa posisi kami merasakan kenikmatan kontol dan tempik ini, tapi aku tidak merasa bersalah sama sekali, tak ingat lagi kontol kecil milik suamiku, ataupun istri laki-laki ini atau mungkin karena pemerkosaku memiliki kontol super enak bagi tempikku.
Akhirnya, dengan posisi berhadapan dan kaki sebelah kiri diangkatnya, sesuatu yang kutunggu keluar juga yah aku orgasme!
“Aarch…….! Kon…. tolmu…. heb…. aaat….!” seluruh organ tubuhku mencengkeram tubuh Ardi termasuk tempikku mencengkram kontolnya lebih kuat, sementara Ardi mengetahui bahwa aku orgasme diapun tersenyum puas dan semakin giat menggenjot tubuhku lebih cepat.
“Aauh…” setiap Ardi menghunjamkan kontolnya pada tempikku.
“Ahh… aku…. kelu….ar mbak” suara Ardi sambil sedikit menggeram.
“Jangan didalam mas!” kataku sedikit berteriak karena Ardi mau keluar segera ku tarik pantatku, ku dorong dia dan kukeluarkan kontol gedhe ini dari dalam tempikku. Segera aku jongkok dihadapannya sambil kukocok kontolnya, tak berapa lama Ardi menegang dan dari kontolnya keluar cairan dengan kenceng.
“Croot… crot… croot…” kuarahkan tembakan pejunya kearah susuku. Akhirnya laki-laki di hadapanku ini melemas dan terduduk di samping tubuhku, kontol gedhe ini masih mengacung meski sudah tak nampak keras lagi.
Setelah berpakaian kami pun terdiam meskipun aku yakin diapun tersenyum puas merasakan tempikku, menyadari posisinya yang membutuhkan persetujuanku.
“Baik mas ini saya setujui tetapi……” kataku terhenti sambil melirik ke arah kontolnya.
“Oh ini mbak beres selama saya membayar cicilan perbulannya saya sempatkan untuk melunasi tempik mbak” katanya sambil mengeluskan tangannya pada tempikku.
Saat ku antar Ardi keluar dari ruanganku kulirik Yayuk, dia tersenyum namun mukanya memerah penuh nafsu dan aku tahu dia baru saja masturbasi sambil mendengar suara di intercome. kudekati dia dan kubisiki, “suatu saat kita kerjain dia berdua ya” kataku sambil kembali ke ruanganku.
Yah, setiap tanggal 12 Ardi datang membayar cicilannya di kasir dia pun melunasi hutangnya pada tempikku yang masih membutuhkan kontol super enak milik Ardi..
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.